JANGAN RESIGN TANPA PERSIAPAN | INI CERITA NEKAT RESIGN VERSI AKU
Saturday, May 04, 2024Photo by Sincerely Media on Unsplash |
Berat banget! Tapi, di sisi lain, tekadku juga bulat untuk memilih resign. Padahal, di tempat kerja sebelumnya, nominal pendapatanku sudah oke, berada di tim yang semua anggotanya bertanggung jawab, bahkan memiliki senior yang nggak pelit ilmu dan seru. Pokoknya, positive vibes banget dan sangat minim drama!
Alasan resign? Karena aku memilih pindah ke Jabodetabek untuk bisa satu atap bersama suami. Jadi, alhamdulillah, aku resign secara baik-baik, bukan karena drama lingkungan kerja, ya!
Ketika tekad resign sangat bulat, ternyata aku melupakan satu hal yaitu "pijakan" setelah resign!
Apapun alasan resign teman-teman, misal:
- mendapatkan penawaran lebih baik dari perusahaan lain,
- ingin fokus berbisnis, atau
- ingin fokus untuk menikmati peran sebagai ibu rumah tangga,
mempersiapkan "pijakan berikutnya" adalah hal yang sangat penting. Jika resign karena ada tawaran lebih baik dari perusahaan lain, berarti sudah jelas ada pijakan baru, ya! Atau jika ingin fokus untuk merawat anak, berarti sudah ada alternatif kegiatan baru. Namun, bagaimana jika resign karena pindah kota (ke perantauan) atau karena ingin berbisnis?
Akan ada perubahan kondisi yang drastis, yang awalnya selalu bertemu dengan teman-teman kantor, kemudian jadi sepi dan sendirian ketika suami berangkat kerja.
Maka, ada baiknya untuk menyiapkan rencana kegiatan pasca resign. Rencana bukan sekedar rencana, tapi sudah harus dimulai sebelum resign. Misal, ingin berbisnis, jangan nunggu benar-benar resign, baru mulai dari nol. Saranku, mulai kenalin produk kamu saat masih di kantor, "trust'-nya tuh lebih meyakinkan gitu loh. Ini berdasarkan pengalaman aku, sehingga saran ini hanyalah opini.
Jika resign karena harus pindah ke perantauan baru, jangan terburu-buru! Coba survey dulu, apakah ada perusahaan yang sesuai dengan bidang kamu. Kemudian coba untuk hubungi perusahaan tersebut, atau intinya cari lowongan kerja baru di area tempat tinggalmu.
Fakta yang terjadi di aku, setelah sampai ke lokasi kontrakan, jujur aku kaget karena semuanya serba jauh. Termasuk perusahaan atau yayasan pendidikan (yang sesuai bidangku) jaraknya jauuh banget! Kalaupun gajinya UMR, pasti bakal terkuras di transport. Jarak dari kontrakan ke stasiun pun (untuk akses transportasi umum), jauuh! Mungkin kalau masih single, bisa aja pindah ke kosan yang dekat lokasi kerja. Tapi, kondisi ku sudah berkeluarga, gak bisa lompat sana sini dengan fleksibel. Dikarenakan saat awal, kami pilih lokasi kontrakan menyesuaikan dengan akses ke kantor suami. Dan suami yang cari sendiri kontrakannya, itupun cuma bisa hari Minggu, sedangkan aku masih di Malang. Hiyaaaah, malah curhat hahahaha
Setelah menghadapi fakta seperti ini, barulah muncul di benakku untuk membangun bisnis walaupun kecil-kecilan dulu. Inilah yang aku mention sebelumnya, kalau ingin berbisnis, mulai lakukan perkenalan saat masih aktif kerja untuk mendapatkan efek "trust" yang lebih powerful.
Intinya, DUA HAL INI YANG HARUS KAMU PERTIMBANGKAN SEBELUM RESIGN:
1. Amankan posisi, percaya deh, sendirian di rumah itu membosankan.
- Lamar pekerjaan baru sebelum menentukan lokasi kontrakan, atau
- Mulai rencanakan bisnis yang nantinya bisa dikerjakan dari rumah. Untuk bisnis, maka carilah supplier yang lokasinya masih satu kota atau kota di sekitarnya. Sebetulnya kalau lokasi supplier sih tidak terlalu masalah karena sekarang serba mudah dengan kirim melalui ekspedisi. PENTING: beli sampel dari supplier kemudian kenalkan barangnya ke rekan kantor. Biarkan mereka punya experience memegang barangnya, sehingga mereka tau kualitasnya. Selain itu, kamu juga bisa menanyakan pendapat mereka atau meminta isi kuisioner untuk pertimbangan ketika mantap produksi sendiri. Jangan lupa untuk mulai personal branding di sosmed, ya! Kalau bisnis kamu berupa JASA? Tetap tawarkan ke teman-teman kantor dan pelan-pelan buat portofolio sekalian lakukan personal branding di sosial media juga!
2. Hitung estimasi waktu antara persiapan resign hingga benar-benar resign.
LDM memang gak enak, tapi jangan gegabah buru-buru resign. Minta kepada pasangan untuk memberi kamu waktu 1-2 bulan sebelum benar-benar resign. Dalam rentang waktu tersebut, bisa dicoba untuk melakukan poin pertama, ya! In syaa Allah, dengan persiapan matang, maka setelah resign kamu tetap merasa produktif dan gak terlalu merasa sepi sendiri.
"Aku mau resign tapi memang ingin fokus mengabdi ke suami. Aku juga suka beberes rumah, jiwa introvertku bahagia banget."
NGGAK APA-APA !! Kalau memang itu adalah hal yang memang kamu suka atau kamu dambakan selama ini, LANJUTKAN. Lakukanlah apa yang membuat kamu bahagia dan tidak merugikan dirimu serta orang sekitarmu.
Back to the topic, selain dua hal tadi, ada gak sih hal lain yang harus dipersiapkan sebelum resign? Kalau ada tambahan, boleh dong share di kolom komentar yaa, aku kepingin banget belajar dari pengalaman teman-teman online kuu 💗
4 comments
Saya juga dulu nekat resign, kalau enggak nekat nggak bakal bisa resign, karena emang nggak memungkinkan, di mana gaji saya harus memenuhi kebutuhan utama juga,
ReplyDeleteTapi, emang harus resign karena anak.
Alhamdulillah, emang berat sih, tapi risiko jadi ibu, sekarang udah di tahap sangat menerima dan bersyukur atas kenekatan saya dulu :)
Alhamdulilah ya mbak. Aku juga sudah di tahap yang sama, In syaa Allah. Kalau sudah bersyukur dan menerima emang ngaruh banget yaaa, karena terasa energi positifnya jadi bertebaran hihihi
Deletepoint-pointnya aku setuju semua, temen-temenku yang punya rencana resign biasanya juga udah punya batu loncatan di tempat lain atau sebelumnya udah punya bisnis yang udah disiapkan jauh-jauh hari
ReplyDeletekecuali tujuannya hanya dirumah aja dan mungkin urus bisnis kecil-kecilan dari rumah, tanpa mempersiapkan jauh-jauh hari mungkin masih bisa teratasi
iya kak, kalau tanpa persiapan dan nggak tau konsekuensi kedepannya takutnya kaget dan malah stress. Aku sempat dengar cerita bahwa ada beberapa perempuan yg resign karena urusan keluarga (ikut suami/fokus mendampingi anak) rentan banget stress setelah resign karena merasa hampa. Mungkin perang batin yaa, tetap kepingin kerja (seru ketemu teman-teman dan enak punya pendapatan sendiri juga) tapi yaa kepingin lebih maksimal juga utk keluarga.
Delete